Kritik Arsitektur-Tugas Me-Review 3 jurnal
REVIEW 1: Regionalisme dalam Kondisi Post Modern
|
Judul |
Regionalisme pada Masa Post Modern |
|
Identitas
Jurnal Judul : Penulis : Tahun : |
Regionalisme dalam Kondisi Post Modern Rislan Syarief 2012 |
|
Ringkasan |
Istilah Post Modern pertama kali dikenalkan oleh
Frederico De Onis, sebagai tanggapan muculnya modernism yang bermula di
kalangan gerakan artistik terhadap fenomena perubahan estetis dalam
sendi-sendi kehidupan masyarakat dalam bidang seni, musik drama, film fiksi
dan terakhir ke dalam arsitektur. Awalnya dipicu oleh pertumbuhan filsafat
yang berkembang di era kebangkitan Revolusi Industri. Istilah post modern
dikenalkan tahun 1930-an dan popular di 1960-an, dengan merujuk gerakan seni
di masa-masa modernism yang sedang menggapai puncak jaya, tetapi mendapat
tolakan karena institusionalisasi dalam museum dan akademi. Lalu pada 1970-an
istilah Post Modern banyak di gunakan dalam bidang arsitektur, seni panggung,
lukisan, seni patung, tarian dan musik, bahkan dalam ideologi, lalu tahun
1980-an istilah post modern semakin meluas karena didorong oleh usaha
pencarian penjelasan teoritis dan justifikasi Post Modern. Apabila
diperhatikan secara jauh umumnya kebangkitan Post Modern adalah perkembangan
pemikiran falsafat baru di dunia Barat yang menolak tentang pola pemikiran
kedudukan sains yang terpacu logika diskursif formal Arisotelian yang lebih
melihat kinerja sains hitam putih, hingga tidak memberi peluang kepada
kemungkinan yang paradox. Dalam pemikiran falsafat Barat
yang dianggap terlalu menuntut adanya penjelasan secara logika saja, dengan
dasar-dasar adanya keterukuran yang sedemikian ketat. Padahal secara logika,
sains lebih memberikan ruang bagi kritik dan keterbukaan terrhadap adanya
pola pemikiran yang beragam. Akibat kejadian ini timbul pendapat yang menyatakan sains kini
hanyalah tak lebih dari sekedar sebuah dogma yang justru menimbulkan
kerumitan baru yang tak jelas akibat bias ideologi yang timbul oleh kaburnya
efesiensi dan efektivitas dari metoda-metoda yang berkembang selanjutnya.
Yang berakibat lahirnya pendapat dan pemikiran baru yang dengan tegas-tegas
menolak segala macam hal-hal yang dianggap bersifat dogmatis. |
|
Pendahuluan |
Post-modern
sebenarnya lebih dari terminologi non-akademik umum, sehingga begitu sulit untuk didefinisikan. Namun fenomena Kehadiran post-modern dalam seni tampaknya menjadi kebutuhan
dan dapat dilihat melalui
sifat penarikan Bentuk dan Praktek dalam Seni Modern. |
|
Metode |
Literature
Review, yang mana menurut para ahli: Menurut Hasibuan, Zainal A. (2007), Literature review berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan
penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan
kegiatan penelitian. Literature review berisi ulasan,
rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (dapat
berupa artikel, buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang
topik yang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab awal. |
|
Pembahasan |
Post
Modern sesungguhnya lebih kepada peristilahan umum yang bersifat non akademis
sehingga begitu sukar untuk didefenisikan. ·
Gejala
Kebangkitan Arsitektur Post Modern Kilas balik pertumbuhan sejarah
filsafat/ideologi modern yang bermula berkembang pesat sejak abad ke 19
akibat kebangkitan Revolusi Industri, dimana berakibat tumbuh perubahan
besar-besaran di bidang ekonomi, sosial dan teknologi. Dalam dunia arsitektur, pemikiran baru
tersebut berpengaruh besar pada para arsitek untuk membangun kreasinya,
terutama dengan ditunjang oleh penemuan teknologi dan bahan yang timbul
bersamaan dengan kebangkitan Revolusi Industri. Membawa angin perubahan yang
sangat drastis pada karya-karya arsitektur pada masa itu. Setelah lebih kurang setengah abad,
arsitektur modern mulai meredup seiring timbulnya rasa jenuh terhadap nilai
logis dan rasional dalam falsfat modern yang banyak mendatangkan kritik dari
penganut filsafah dan ideologi yang memberontak terhadap nilai-nilai yang
dianggap terlalu mapan dan dogmatis. Sebuah kegagalan dari realita
teori-teori sosial yang bersifat totalitas dan politik revolusioner zaman
silam. Zaman baru harus segera terbit, zaman pasca industri dengan segala
konsekuensi dan budayanya. Kritik terhadap tradisi filsafat mapan sangat
jelas. Paham Arsitektur Modern yang dianggap
kurang memperhatikan kehidupan yang realistis di alam nyata, tetapi lebih
banyak memperhatikan kepada bagaimana seharusnya kehidupan manusia itu.
sehingga menghilangkan perbedaan kultural akibat pengaruh Arsitektur Modern
yang homogen. ·
Arsitektur Post
Modern Pada tahun antara 1960 dan 1970, gerakan Arsitektur
Modern (Modern Movement) binarnya mulai
memudar. Riwayat
Arsitektur Modern benar-benar sampai bersamaan dengan dirobohkannya sebuah
bangunan PruitIgoe Housing di St. Louis, negara bagian Missouri, Amerika
Serikat tepatnya pada tanggal 15 Juli tahun 1972, jam 15:32. Peristiwa dihancurkannya Pruit-Igoe inilah
yang kemudian dijadikan sebagai simbol berakhirnya Arsitektur Modern, yang
lahir pada tahun 1890-an. Karena dengan kegagalan bangunan tersebut menjadi
sebuah pembuktian bahwa filosofi dan teori Arsitektur Modern memang sudah
tidak relevan lagi berdasar tuntutan perubahan zaman. Sebenarnya
"Post Modern" sendiri hanyalah merupakan reaksi (anti thesis) dari
modernism yang sudah sangat lama berlangsung . Irwing Howe menggambarkannya sebagai "the radical
break down of modernist". Jadi antara Modern dan Post Modern tak bisa
dipisahkan satu sama lain Fredric Jameson
berpendapat bahwa sesungguhnya telah terdapat patahan dalam perkembangan
sosial yaitu kondisi yang dinamakan sebagai Post Modern. Post Modern
dapat diartikan sebagai logika budaya kapitalisme akhir, yang membentuk suatu
dominasi budaya dan tahap sosio-ekonomi kapitalisme baru secara besarbesaran. Dalam suatu
perdebatan Robert Stern juga pernah membantah tentang terjadinya patahan. Dia
tidak meyakini bahwa sesungguhnya revolusi telah terjadi dalam bidang seni
dan politik saat itu. Perkembangan Post Modernism bahkan sangat dipengaruhi
oleh Modernism. Di dalam dunia
arsitektur, aliran Post Modern dikatakan
sebagai penerus dari era "Mannerism" di zaman Renaissance di Italy
abad 14-15. Karena itu juga dinamakan Post Modern
sebagai "Super Mannerism". Kalau
diterjemahkan istilah Post Modern itu sendiri ke dalam
Bahasa Indonesia maka Post Modern dapat diartikan sebagai kata "pasca
modern." Habermas
berkeyakinan bahwasannya tidak terjadi patahan pada Post Modern dan dalam
sejarahnya Post Modernisme adalah suatu bentuk ideologi neo konservatif. Dalam bidang
arsitektur, sebenarnya ada anggapan yang berupa kritik Arsitektur Modern yang
ada selama ini seakan-akan membujuk dan memberi keyakinan tetapi tidak berusaha
untuk mengerti dan menafsirkan, kaku dan ingin universal. Lama kelamaan
membuat orang menjadi jenuh. Post Modern adalah suatu usaha untuk berusaha
memperbaiki dan mencari sebab dari kejenuhan tersebut, tetapi banyaknya
informasi mengakibatkan timbulnya eklektisisme yang semakin kompleks. Eklektisisme
yang timbul dalam Post Modern disebabkan ada keinginan yang besar untuk
memadukan berbagai unsur, terutama memadukan antara yang tradisional dengan
yang non-tradisional, perpaduan antara yang lama dan baru. Karena itu Post
Modern punya gaya yang hybrid (perpaduan dua unsur) dan bermuka dua yang
disebut dengan double coding. Di dalam
masyarakat tradisional memadukan dua unsur ini tidaklah terlalu sulit, karena
mereka punya bahasa arsitektur yang sama. Sedangkan di dalam budaya
pluralisme sekarang ini adalah sangat sukar karena masingmasing punya latar
belakang budaya yang sama sekali berlainan. ·
Post Modern
Sebagai Filsafat Post Modern adalah merupakan kebangkitan
masyarakat pasca industri, dimana kehidupan ditandai dengan teknologi
komputer, teknologi animasi, teknologi maju, dan ilmu pengetahuan dengan
segala bentuk perubahanya yang berjalan sangat cepat. Dari segi
kebangkitan filsafat baru, kondisi Post Modern banyak ditandai dengan adanya
perubahan radikal terutama dalam sains yang merupakan tiang utama dari
tonggak modernitas yang mendapat serangan sehingga mengalami
perubahan-perubahan yang fundamental, dari segi kedudukan kultural maupun
dari segi kinerja internalnya. luar reprentasi
semacam ideologi agama, mitos, dan tradisitradisi yang bersifat lokal.
Bersamaan dengan kebangkitan filsafat baru, maka sains tumbuh sebagai
ideologi baru, merupakan tradisi atau kultur tersendiri, yang keterkaitannya
dalam bidang ekonomi, politik, agama dan peradaban dalam konstelasinya secara
global mulai jadi dipertanyakan dengan pola pemikiran yang kritis. Berdasar
pola pendapat seperti ini kemudian berkembang sebuah anggapan bahwa persoalan
Post Modern sebenarnya adalah sebuah kondisi total dalam era awal melenium
ketiga yang dapat dilihat dari adanya fenomena segala sesuatu yang saling
bertentangan. ·
Kritik Akibat kritikan pedas aliran Post Modern
terhadap Arsitektur Modern yang cenderung dogmatis dan universal. Maka perlu ada
pemikiran baru dengan tekad besar agar dapat keluar dari arus tersebut. Sepantasnya bila lahirlah pemikiran baru
yang menjurus kepada sebuah semangat untuk kembali pada landasan-landasan
regionalisme yang dianggap lebih kontekstual. Pemikiran seperti ini seakan
menjadi peluang yang menjanjikan bagi kebangkitan arsitektur negara-negara
berkembang yang selama ini selalu terabaikan karena dianggap tidak rasional. Dalam membaca perkembangan arsitektur ke
depan yang harus dicermati adalah bukannya bentuk penolakan terhadap kemajuan
dalam bentuk modernisasinya tetapi adalah doktrin internationalismenya. Ini
yang sangat bertentangan dengan gerakan regionalisme. kebangkitan regionalisme adalah
tumbuhnya semacam penolakan pada hegemoni Barat dalam bentuk ideological
Arsitektur Modern yaitu one internationalstyle yang seakan membabi buta
dengan semangat untuk menjadi universal. Senyawa kultural dengan kemajuan
teknologi masa kini yang umumnya datang dari Barat, sehingga citra dan
nilai-nilai lokal yang masih dianut dalam masyarakat setempat dapat
dikembangkan, dalam bentuk tranformasi budaya untuk menghadirkan identitas
yang kontekstual berdasarkan tempat keberadaan bangunan tersebut, agar dapat
menampilkan penciptaan arsitektur setempat. |
|
Kesimpulan |
Dilihat lebih jauh,
secara umum, kita dapat mengatakan
bahwa kebangkitan postmodern adalah
perkembangan pemikiran filosofis
baru di dunia Barat yang menolak model
pemikiran posisi sains yang
selama lebih mengacu pada
logika formal diskursif
Arisotelian yang cenderung
melihat kinerja sains dalam
hitam di atas putih, tidak membiarkan kemungkinan paradoks. Dalam
pola pemikiran filosofis Barat
selama ini Dengan demikian, sebagai
akibat dari kejadian ini, muncul pendapat bahwa ilmu pengetahuan tidak lebih
dari sebuah dogma yang pada
kenyataannya menciptakan kompleksitas baru yang tidak jelas karena prasangka ideologis yang lahir pada tahun dari
pengaburan efisiensi dan efektivitas metode |
REVIEW 2: Kajian Desain Fasad Baru
Grand Royal Panghegar Bandung Dalam Perspektif Arsitektur Posmodern
|
Judul |
Desain Fasad Baru Grand Royal Panghegar Bandung
Dalam Perspektif Arsitektur Posmodern |
|
Identitas
Jurnal Judul : Penulis : Tahun : |
Kajian Desain Fasad Baru Grand Royal Panghegar
Bandung Dalam Perspektif Arsitektur Posmodern Jerry Adam, Rizki Swandara. R 2014 |
|
Ringkasan |
·
Arsitektur Post
Modern Lahirnya arsitektur posmodern
merupakan dialektika kritis terhadap ideologi sebelumnya . Posmodernisme
merupakan kelanjutan dari modernisme dan trensendernya. Posmodernisme sebagai gerakan
budaya tidak berarti memutar jarum jam ke belakang, tetapi
merekonstruksikan asumsi-asumsi kaum modernis dengan sesuatu yang lebih
besar, lebih penuh, dan lebih benar. Ciri-ciri
posmodern yang berbeda dengan era modern namun bukan sebagai antitesis
melainkan sebagai pergeseran dan pergantian paradigma. ·
Arsitektur Art Deco Karakter-karakter teknologi yang
menggambarkan kecepatan diterjemahkan ke dalam desain dalam bentuk
garis-garis lengkung dan zig-zag. ·
Konsep Fasad Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Ornamen Art Deco pada pilar
terlihat sangat jelas dan cepat dimengerti oleh orang pada saat pertama kali
melihatnya. Terdapat manipulasi terhadap
bentuk geometris subtractive yang biasanya di terapkan pada dinding dan
bukaan bangunan. Material besi dan kaca
diperlihatkan secara jelas pada entrance bangunan tersebut. Kesan minimalis dan kejujuran
material sengaja dimunculkan pada desain entrance tersebut. Secara keseluruhan, desain
pada fasad massa bangunan baru dibuat sederhana, elegan, dan
menerapkan prinsip "form follow function" juga "less is
more". Langgam asli Hotel Panghegar
sengaja tidak dihilangkan keasliannya secara signifikan dan tetap diterapkan
pada massa bangunan baru. Pada bagian podium terdapat
dinding berbentuk lengkung yang memiliki banyak ornamen. Kemudian di bagian ujung kiri dan
kanan bangunan tedapat balkon berulang dari bawah sampai atas. Bukaan kaca
dominan memanjang dari lantai bawah sampai lantai atas memberikan kesan
sederhana seperti gaya arsitektur modern.
Dinding Art Deco yang tadinya dua
baris disebelah kiri dan dua baris di sebelah kanan dikurangi menjadi satu
baris. Hal ini untuk membedakan antara badan
bangunan dengan bagian kepala. Kombinasi
tersebut merupakan kebalikan dari badan bangunan yang lebih di dominasi oleh
ornamen Art Deco. |
|
Pendahuluan |
Munculnya pemikiran arsitektur postmodern merupakan bentuk kritik terhadap gaya arsitektur modern yang cenderung internasional dan monoton. Diyakini bahwa gaya
arsitektur modern Meski
menjadi bentuk kritik terhadap gaya arsitektur
modern, postmodern arsitektur adalah kelanjutan dari modernisme
dan trennya, sebuah aktivitas
ganda yang mengakui hubungan kompleks masa kini dengan paradigma dan pandangan dunia sebelumnya. Menurut Jencks (1977), arsitektur postmodern memiliki arti pengkodean ganda, yaitu
kombinasi antara teknik modern
dengan sesuatu yang lain,
biasanya bangunan tradisional yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan
masyarakat dan kelompok minoritas tertentu.
|
|
Metode |
Literature
Review, yang mana menurut para ahli: Menurut Hasibuan, Zainal A. (2007), Literature review berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan
penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan
kegiatan penelitian. Literature review berisi ulasan,
rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (dapat
berupa artikel, buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang
topik yang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab awal. |
|
Pembahasan |
·
Arsitektur Post
Modern Arsitektur posmodern adalah gaya
arsitektur yang berkembang pada tahun 1970-an dan merupakan kritikan terhadap
modernisme. Pada tanggal 15 juli 1972 merupakan
momentum yang dianggap monumental bagi perkembangan arsitektur posmodern.
Apartemen murah Pruitt Igoe karya Yamazaki, arsitek pengikut aliran modern
ortodoks, dihancurkan. Apartemen yang dibangun dengan ideologi arsitektur
modern ternyata melahirkan bangunan yang monoton, tidak manusiawi,
pornografi, vandalisme, dan kriminalitas yang tidak dapat ditoleransi lagi. Lahirnya arsitektur posmodern merupakan
dialektika kritis terhadap ideologi sebelumnya (modernisme). Posmodernisme
merupakan kelanjutan dari modernisme dan trensendernya. Kedua pernyataan
tersebut tampak kontradiktif, namun apabila dilihat dari konsep double
coding. Posmodernisme
sebagai gerakan budaya tidak berarti memutar jarum jam ke belakang, tetapi
merekonstruksikan asumsi-asumsi kaum modernis dengan sesuatu yang lebih
besar, lebih penuh, dan lebih benar. Ciri-ciri posmodern yang berbeda dengan
era modern namun bukan sebagai antitesis melainkan sebagai pergeseran dan
pergantian paradigma. Dalam buku The
Language of Post-Modern Architecture (1977), Jencks menjelaskan ada enam
prinsip arsitektur posmodern,
yaitu: Pertama, double codded yang bermakna
posmodern memiliki ketegangan permanen dan bersifat hibrid, campuran dan
ambigu. Kedua, posmodern adalah arsitektur
hibrida. Jencks dalam The Journal of Architectural Theory and Criticism
Volume I, menyatakan bahwa arsitek posmodernis mengklaim bangunannya berakar
pada tempat dan sejarah. Ketiga, arsitektur posmodern
berkeinginan menjadi Schizophrenia. Sebuah penyakit mental yang menunjukkan
seseorang yang memiliki dua keadaan mental yang saling bertentangan pada saat
yang sama. Keempat, posmodern adalah arsitektur
dengan bahasa. Dengan kata lain, agar dapat dibaca dengan gaya multivalen
posmodern harus memiliki bahasa arsitektur. Kelima, posmodern adalah arsitektur yang
cenderung kaya dengan metafor, baru dan bersangkutan, bukan jenis arsitektur
yang eksklusif (Kurokawa, 1991). Keenam, posmodern adalah arsitektur yang
merespon multiplicity „keragaman‟ kota. ·
Arsitektur Art
Deco Art Deco merupakan salah satu langgam
yang sangat luas penerapannya. Berbagai macam contoh dapat kita jumpai, dalam
arsitektur, pakaian, poster dan peralatan rumah tangga serta masih banyak
lagi contoh lain. Mekipun tersedia beragam benda yang memakai langgam Art
Deco, namun tidaklah mudah mendefiniskan bagaimana langgam Art Deco. Perkembangan Art Deco tidak lepas dari
pengaruh situasi dan kondisi jamannya, pada saat itu di Eropa sedang
berlangsung revolusi industri, masyarakat terpesona oleh adanya
penemuan-penemuan dan teknologi yang maju dengan pesat. Karakter-karakter
teknologi yang menggambarkan kecepatan diterjemahkan ke dalam desain dalam
bentuk garis-garis lengkung dan zig-zag. ARSITEKTUR POSMODERN HOTEL GRAND
ROYAL PANGHEGAR ·
Konsep Fasad
Hotel Grand Royal Panghegar Bandung -
Pemilik hotel Grand Royal Panghegar menginginkan sebuah hotel yang konteks
dengan bangunan-bangunan Art Deco disekitarnya. - Konsep Art Deco diharapkan bisa menjadi
daya tarik pengunjung untuk menginap dan tinggal di bagunan yang kini menjadi
salah satu hotel pariwisata di kota Bandung. - Berangkat dari keinginan owner, arsitek
memberikan solusi desain bangunan posmodern yang tercipta dari penggabungan
arsitektur Art Deco dengan arsitektur modern (Endar, 2012). ·
Unsur Fasad yang
mencerminkan arsitektur postmodern -
Ornamen
Art Deco bisa ditemukan pada sebagaian besar fasad bangunan Grand Royal Panghegar,baik
itu podium, badan bangunan, sampai kepala bangunan. -
Ornamen
Art Deco bisa ditemukan pada sebagaian besar fasad bangunan Grand Royal
Panghegar,baik itu podium, badan bangunan, sampai kepala bangunan. Yaitu : - Terdapat garis-garis simetris yang
membentuk persegi panjang menjadikan kolom berkarakter Art Deco. -Kolom tersebut kontekstual dengan kota
Bandung yang banyak memiliki peninggalan bangunan Art Deco. -Ornamen
Art Deco pada pilar terlihat sangat jelas dan cepat dimengerti oleh orang
pada saat pertama kali melihatnya. -Terdapat
manipulasi terhadap bentuk geometris subtractive yang biasanya di terapkan
pada dinding dan bukaan bangunan. - Langgam Art Deco menunjukkan adanya
kontekstualisme pada Grand Royal Panghegar dengan lingkungan sekitar yang
banyak didominasi oleh bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki langgam Art
Deco. - Salah satu contohnya adalah unsur
jendela pada Gedung setasiun Ketreta Api Bandung yang memiliki kemiripan
dengan jendela pada Grand Royal Panghegar. -Unsur
modern terlihat jelas pada bagian Entrance depan bangunan yang memakai
penutup kaca dengan rangka besi yang digantung pada dinding podium. Material
besi dank aca diperlihatkan secara jelas pada entrance bangunan tersebut. -
Entrance
bangunan memiliki karakter arsitektur modern pada umumnya. Kesan minimalis
dan kejujuran material sengaja dimunculkan pada desain entrance tersebut. ·
Unsur Fasad yang
mencerminkan arsitektur postmodern ·
Unsur Arsitektur Modern Penerapan
unsur-unsur arsitektur modern minimalis pada fasad massa bangunan baru cukup
direpresentasikan dengan jelas pada: -Penggunaan
cladding, -Pemilihan
material, -Pemilihan
warna dan tekstur, -Penggabungan
komposisi massa bangunan, -Tidak ditemukannya penggunaan motif
yang rumit. Secara
keseluruhan, desain pada fasad massa bangunan baru dibuat sederhana, elegan,
dan menerapkan prinsip “form follow function” juga “less is more”. ·
Unsur Arsitektur Modern -Langgam
asli Hotel Panghegar sengaja tidak dihilangkan keasliannya secara signifikan
dan tetap diterapkan pada massa bangunan baru. -Unsur-unsur
Art Deco seperti penggunaan pola pengulangan atau repetitif, pemilihan
tekstur dan warna monokrom, dan bentuk massa yang geometris tetap diterapkan
pada fasad massa bangunan baru. - Penggunaan unsur-unsur Art Deco pada
fasad bangunan dan juga penggunaan warna ciri khas Art Deco seperti pada
umumnya merupakan gambaran arsitektur posmodern yang pro-history. - Ornamen Art Deco merata di setiap bagian
bangunan. Pada bagian podium terdapat dinding berbentuk lengkung yang
memiliki banyak ornamen. - Pada badan bangunan terdapat dinding
masif berwarna coklat yang memiliki ukiran ciri khas Art Deco. - Dinding masif tersebut digabungkan
dengan elemen kaca dekoratif Art Deco yang dibuat lebih modern di bagian
tengah bangunan. -Dibagian
paling atas terdapat simbol-simbol yang memberikan bentuk keberagaman pada
fasad bangunan. - Pada bagian podium bangunan, ornamen Art
Deco lebih bervariasi. Pilar-pilar berwarna gelap terlihat mendominasi podium
bangunan. - terdapat kaca reflektif yang dihiasi
dengan garis-garis frame yang merupakan transformasi dari bentuk Art Deco
menjadi sesuatu yang lebih modern. - Terdapat juga dinding bertekstur dengan
pola garis-garis yang terlihat tidak terlalu jelas adalah salah satu karakter
dinding Art Deco. - Lebih keatas lagi yaitu bagian tengah
atau badan bangunan, ornamen Art Deco sangat terlihat jelas pada bagian tower
sebelah kiri. Pada tower tersebut dinding Art Deco menghiasi fasad bagian
samping bangunan di padukan dengan bukaan kaca tidak terlalu lebar. Kemudian
di bagian ujung kiri dan kanan bangunan tedapat balkon berulang dari bawah
sampai atas. Balkon tersebut memberi kesan garis-garis timbul yang akan
tampak selaras bila dipadukan dengan kolom dan dinding Art Deco di bagian
kaki bangunan. - Unsur modern juga terlihat pada badan
menara bangunan yaitu bukaan kaca lebar pada bagian tengah bangunan. Bukaan
kaca dominan memanjang dari lantai bawah sampai lantai atas memberikan kesan
sederhana seperti gaya arsitektur modern. - bagian kepala bangunan juga tidak
terlewat dari sentuhan ornamen Art Deco. Dinding Art Deco yang tadinya dua
baris disebelah kiri dan dua baris di sebelah kanan dikurangi menjadi satu
baris. Hal ini untuk membedakan antara badan bangunan dengan bagian kepala.
Kombinasi tersebut merupakan kebalikan dari badan bangunan yang lebih di
dominasi oleh ornamen Art Deco. secara
keseluruhan bangunan Grand Royal Panghegar memiliki kesamaan dengan
arsitektur posmodern, diantaranya memiliki makna double codding yang terlihat
dari adanya kombinasi antara teknik modern dengan sesuatu yang lain
(sejarah). Beragam ornamen Art Deco dapat dilihat pada bangunan grand Royal
Panghegar baik yang diterapkan secara jelas ataupun yang mengalami modifikasi
bentuk. |
|
Kesimpulan |
Gedung Grand Royal Panghegar dirancang dengan cara berpikir yang berbeda dari proses desain arsitektur modern . Gedung ini dirancang dengan berbagai referensi yang bertujuan untuk membuat sebuah fiksi yang
tidak mudah dibaca oleh pengguna dan
publik. secara umum. Grand Royal Panghegar cenderung memperhatikan resepsi tipe. Monumen bersejarah dan ketertarikan
pada aspek simbolis
fasad. Eksplorasi seni Art Deco sangat terasa di gedung Grand Royal Panghegar, sebagian besar bangunan ini
menggunakan infrastruktur
granit |
REVIEW 3: Polarisasi Arsitektur Modern dan Post Modern
|
Judul |
Penentangan Terhadap Arsitektur M odern dan Post
Modern |
|
Identitas
Jurnal Judul : Penulis : Tahun : |
Polarisasi Arsitektur Modern dan Post Modern Marcus Garthva & Alfred Wijaya 2006 |
|
Ringkasan |
Kritik -kritik dan teori tentang
arsitektur-modern telah cenderung untuk menyederhanakan secara berlebihan
kebermulaan yang kompleks Gerakan Arsitektur Modern. Penyederhanaan
tersebut merupakan representasi pengurangan bertahap prinsip-prinsip normatif
gerakan arsitektur modern. Hal tersebut dapat dilihat pada perkembangan
gerakan arsitektur modern dari Eropah sampai di Amerika Serikat. Eksibisi
Hitchcock dan Johnson 1932 pada Museum Seni Modern di New York, serta
Gaya Internasional Arsitektur sejak 1922, menunjukkan kecenderungan pada
pengurangan stereometry. |
|
Pendahuluan |
Perdebatan
arsitektur berupa polarisasi Arsitektur Modern dan Arsitektur Postmodern |
|
Metode |
Literature
Review, yang mana menurut para ahli: Menurut Hasibuan, Zainal A. (2007), Literature review berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan
penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan
kegiatan penelitian. Literature review berisi ulasan,
rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (dapat
berupa artikel, buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang
topik yang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab awal. |
|
Pembahasan |
·
Pengurangan
Bertahap Gerakan Arsitektur Modern Kritik -kritik dan teori tentang
arsitektur-modern telah cenderung untuk menyederhanakan secara berlebihan
kebermulaan yang kompleks Gerakan Arsitektur Modern. Penyederhanaan tersebut
merupakan representasi pengurangan bertahap prinsip-prinsip normatif gerakan
arsitektur modern. Hal tersebut dapat dilihat pada perkembangan gerakan
arsitektur modern dari Eropah sampai di Amerika Serikat. Eksibisi Hitchcock
dan Johnson 1932 pada Museum Seni Modern di New York, serta Gaya
Internasional Arsitektur sejak 1922, menunjukkan kecenderungan pada
pengurangan stereometry.
Hal tersebut berupa bangunan-bangunan dengan bentuk-bentuk
dasar, sesuai dengan ide-ide Bauhaus dan Le Corbusier. Hitchcock dan Johnson sangat
peduli kepada ekspresionis Belanda dan Jerman: De Klerk dan Mendelsohn, serta
kontruvist Rusia: Vesnini dan Leonidov. Siegfried Giedion, pakar sejarah yang
berpengaruh pada gerakan arsitektur modern, mengikuti jejak Hitchcock dan
Johnson, dalam karyanya "Space, Time and Architecture" (Cambridge
1941), pertama kali menyatakan keberadaan penekanan rekayasa (engineering)
bangunan pada perancangan bangunan-bangunan sepanjang abad 19, yang merupakan
faktor krusial dalam proses kelahiran gerakan Arsitektur Modern. Namun hal tersebut mengalami
pengurangan pada abad ke-20 (misal: karya-karya: Gropius, Mies Van der Rohe,
Le Cobusier, Alto), di mana penekanan diarahkan pada ekspresionisme. Hal ini
nampak dalam tesis Walter Gropius dengan Bauhaus-nya yang mengangankan
perpaduan antara seni dengan teknik yang memperlihatkan dominasi
industrialnya, dengan menekankan teori gestalt-gestalten: membentuk, memberi
dan mencipta bentuk, lalu menjadi gestaltung yang identik dengan design,
salah satu hasilnya adalah konsep eksistensial yang berkaitan erat dengan
\s\lcontent dan bentuk//orm, yang diselesaikan separuh jalan dengan menerima
sepenuhnya hegemoni industrialnya. Pengurangan tersebut berlanjut pada akhir
abad 20 tersebut dimana tradisi kontruktivisme dilupakan, sebagai
penggantinya adalah kubus putih yang diperlakukan sebagai tipe gaya ideal.
Pathos of functionalisme menjadi Pathos kubus putih sebagai norma estetika
baru, sehingga pengembangannya berupa bentuk-bentuk kubus dan kontainer. ·
Modernisme Putih
Pada Late Modern Pompidou Centre merupakan konstruksi
yang menggunakan teknis baru, yang berarti pemberian konstruktivisme sebagai
ekspresi kontemporer, dan mengembangkan konsep yang lebih jauh bagaimana
bangunan direkayasa. Namun sejak Pompidou Centre tersebut terdapat
kecenderungan baru yaitu pengembangan bentuk-bentuk kubus putih menjadi kubus
merah dan biru, yang mengakomodasi bentuk atap Le Corbusier: Villa Savoye,
yang berwarna Pink dan biru. yang mana pengembangannya
diarahkan pada sensitifitas pancaindra (sensuous). Upaya-upaya
untuk menemukan citra diri gerakan Arsitektur Modern dapat ditunjukkan oleh
gerakan arsitektur-modern Walter Gropius, yang memutuskan untuk memiliki
semua buku sejarah arsitektur yang ada di perpustakaan Universitas setelah ia
menjadi Dekan Fakultas Harvard 1938. Sejak
era-Yunani kuno, setiap gerakan-gerakan baru arsitektur memiliki tradisi
untuk melakukan pemberontakan terhadap tradisi lama, yang menghasilkan kreasi
gaya-gaya arsitektur yang berfungsi sebagai paradigma bagi para arsiteknya.
Dengan demikian pada prinsipnya selalu mendefinisi ulang
pengertian-pengertian dan dasar-dasar kaidah-kaidah arsitektur, yaitu
arsitektur sebagai bangunan serta alternatif bentuk bangunan yang harus
dipilih, sehingga gerakan Arsitektur Modern tidak dapat mengorientasikan
dirinya oleh model-model masa lalu, ia harus menciptakan norma-normanya
sendiri. Prinsip dasar ini berlaku untuk Gropius, Le Corbusier, De Styl Group
Dutch, Futuris Italia, Kontrukvist Rusia. Gerakan
arsitektur-modern memiliki kerangka referensi yang luas dan bervariasi karena
hal itu memerlukan penjabaran norma-normanya sendiri. Upaya-upaya untuk menemukan
norma baru ditunjukkan oleh Arsitektur Modern
Avant Garde yang telah mampu mengatur preseden
sejarah arsitketur, namun harus menelusuri paradigma-paradigma
sumber-sumber sejarah, seperti geometri/alam. Salah satu acuannya
adalah bentuk murni Le Corbusier yang diturunkan dari stereometri empat
persegi panjang, kubus dan bola. Gerakan De -Belanda masih dekat
dengan Bauhaus, namun mereka membangun bangunan-bangunan yang
mengekspresikan pemisahan pemakaian bentuk-bentuk dasar. Mereka
menemukan model bentuk-bentuk mineral alam sebagai inovasi. Namun secara
keseluruhan di Uni-Sovyet model teknologi merupakan media yang paling efektif
digunakan untuk menembus batasan sejarah arsitktur dan memberikan titik awal
baru untuk arsitektur modern. Produk pendekatan ini berupa publikasi
komperhensif yang pertama. pada arsitektur revolusi Rusia, yang
menampakkan sejumlah besar proyek-proyek yang dilaksanakan 1919 yang dekat
dengan kubisme dan futurisme, serta ekspresionisme Berlin
arbeitstratfurkunst. Namun Paradigma ini sempat digulingkan oleh aliran
neoMasisme pada Uni SovyetStalin, Gaya Internasional Western. kelihatannya lebih segar dari Modernisme Putih New
York Five. ·
Modernisme Dalam
Arsitektur Bagaimanapun upaya-upaya untuk kembali
(set back) ke formula awal sejarah arsitketur, bukan merupakan satu-satunya
jalan keluar bagi arsitektur modern, yang mengutamakan 'isi(content) dan
monotonisme abstraksi fungsionalis-arsitektur modern, Pemikirannya tentang urbanisme pada awal abad 20 melahirkan
beberapa gasasan kritis sebuah kota. Secara umum dari uraian diatas
terdapat gambaran bahwa pendukung modernis dalam arsitektur percaya bahwa
hanya ada satu cara mengartikulasikan estetika yaitu melalui penerjemahan
fungsi pada bentuk, dengan bantuan inovasi teknologi dan
konstruksi, dengan cara yang berbeda-beda. Modernis meringkas bahasa
estetik seni menjadi bahasa universal fungsi, sehingga melecehkan
perbedaan-perbedaan pada kebudayaan, tempat, waktu dan
individual. Para modernis tertentu yang ekstrim, menjadikan
estetika seni hanya sebagai permainan garis geometris, permukaan yang bersih, bentuk-bentuk
kotak yang monoton, sehingga tidak ada perbedaan mencolok antara
estetika lemari es dan lemari arsip, yang ada penyeragaman estetik. ·
Arsitektur Postmodern Justru sebaliknya buah karya postmodern berusaha menunjukkan dan
memperlihatkan gaya, bentuk, corak, yang saling
bertentangan. Arsitektur postmodern menggunakan beberapa teknik dan gaya
seni tradisional yang ditentang oleh arsitektur modern. Hal ini yang
dikritik oleh kaum postmodern terhadap kaum modern. "Sebuah
bangunan mempunyai kekuatan untuk menjadi apa yang diinginkannya
"Charles Moore, dalam Conversations with Architects, ed. adalah kembalinya pada pertimbangan-pertimbangan akan
kebutuhan-kebutuhan manusia. · Late Modern
Sebagai Respon Terhadap Post Modern Pluralitas dan pergulatan yang terus-menerus tersebut disebut sebagai
kondisi Post Modern oleh filosof Pernacis Jean-Francois Lyotard, kondisi
ini menurutnya akan permanen, memberikan pengurangan kesatuan religius
dan ideologi sosial, kebangkitan skeptisme, ilmu
pengetahuan, dan tipe rasionalitas yang diorganisasikan. Juga
menggarisbawahi perubahan yang konstan, dimana kritik-kritik arsitektur
mengecam kesemua arah. Namun dua tradisi dasar yang berkompetisi untuk dominansi, yang
Jencks sebut sebagai pendekatan Late Modern dan Post Modern, mencoba
mengganti gerakan arsitektur modern yang telah kehilangan arah. Tersebut merupakan upaya mengakomodasi
media konstruksi modern dan sejarah, makna arsitektur yang elit dan
populer, sehingga bangunan-bangunan tersebut memiliki code
ganda, salah satu kata kunci Post Modern. Arsitek Late
Modern, secara konstras, didisain dengan melakukan perbandingan
sejarah, dimana asal usul gerakan mereka memang berakar pada
sejarah. Bangunan mereka mungkin secara kebetulan menarik dan
indah, tetapi keindahan bukanlah bagian yang esensial dari kamus
mereka, prinsip-prinsip komposisi dan proporsi bukanlah sasaran
utama. Pengabaian harmoni arsitektur modern yang berlebihan, berupa
keterkaitan yang realistik fungsi dan dinamika spatial, sehingga gerakan
arsitektur Late-modern lebih menghargai karater daripada keindahan. · Polarisasi
Arsitketur Modern dan Post Modern Kehidupan yang lebih baik dalam masyarakat demokratis. Charles
Jencks menyatakan sebaiknya perbedaan tersebut dikenali, baik sifat
partisan dari aktifitasnya. Dalam hal ini jasa arsitektur bukan suatu
layanan seperti profesi medis, tetapi lebih kepada profesi
advokasi, seperti bantuan hukum. ·
Prinsip-Prinsip Dan Kecenderungan Gerakan Arsitektur |
|
Kesimpulan |
Sejarah modernisme dalam arsitektur membawa kita
kembali pada sejarah arsitektur pada umumnya. Bahwa gerakan arsitektur
berubah cepat pada saat ada yang dapat menggagalkan gerakan baru yang
bertentangan dengan arus utama yang sedang berlangsung telah terjadi selama
bertahun-tahun berdirinya arsitektur modern. Serta untuk pembentukan gerakan
postmodern, yang berfokus pada penghormatan terhadap sejarah periode klasik,
yang ditentang oleh arsitektur modern. |
DAFTAR PUSTAKA:
file:///C:/Users/ovi/Downloads/310-613-1-SM.pdf
Comments
Post a Comment